SEPENGGAL CERITA UNTUK IGI

Ide atau gagasan dapat dituangkan dalam sebuah tulisan, tulisan dapat pula berupa apa yang dirasakan. (Dikutip dari Perpustakaan Universitas Peradaban.com, 27/01/2021). Menulis berarti membaca dan membaca adalah cara untuk mengetahui peradaban dan budaya dunia. Karenanya di peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022 ini, IGI Cabang Pacitan mengadakan lomba Video Pembelajaran dan Menulis Essay. Yang tujuan utamanya adalah, agar guru khususnya di wilayah Kabupaten Pacitan mencoba menuangkan ide dan gagasannya, berlandaskan sebuah teori sederhana yang selanjutnya terupload di media online.

Saya tergerak untuk mengikutinya, saya coba menulis sebuah essay yang bertemakan “Memerdekakan Peserta Didik Inklusif di Sekolah Formal”. Tema ini terinspirasi dari sebuah tulisan di artikel online (saya lupa nama blog nya), atau lebih tepatnya gerutuan dari seorang ibu peserta didik yang anaknya terpaksa harus keluar dari sekolah formal. Itu terjadi karena sekolah tersebut merasa tidak sanggup untuk mendidik dan membina anaknya yang menyandang disabilitas. “Berarti sampeyan tidak bisa mengajar anak saya ? Berarti anak saya harus saya keluarkan dari sekolah ini ?,” begitu, ibu tersebut meminta jawaban kepada seorang guru yang selama ini telah mendidik anaknya. Memang tidak mudah untuk menerima anak berkebutuhan khusus di sebuah sekolah formal. Berpuluh aspek yang harus disiapkan, berjuta pemahaman yang harus disamakan dan itu bukan hal gampang.

Jika persepsi itu kita ambil dari sisi orang tua peserta didik, maka mereka berharap anaknya mendapatkan pendidikan yang setara dengan peserta didik non-disabilitas. Jika persepsi itu, kita ambil dari sisi sekolah dan warganya, maka sekolah akan begitu berat menerima apa yang diharapkan orang tua tersebut. Bukan hanya sekedar untuk duduk bersama antara orang tua, sekolah dan pengambil kebijakan, namun lebih pada proses penyamaan persepsi dari hulu hingga ke hilir dan sebaliknya, dan sekali lagi ITU TIDAK MUDAH.

Itu sekapur sirih essay yang saya tulis dan memaksa sang juri untuk menempatkan tulisan saya di peringkat yang kedua.

Bunglon dengan mimikri*)nya, mampu beradaptasi untuk melindungi dirinya sendiri. Tentunya guru juga harus mampu beradabtasi, bukan sekedar untuk dirinya sendiri, namun untuk memerdekakan anak didiknya.  Apapun itu, selamat Ulang Tahun Guru, Sukses Selalu…

*) kemampuan berkamuflase

witter : nanang

 

 

Check Also

PAWAI BUDAYA DALAM RANGKA HARI GURU NASIONAL DAN HUT PGRI KE 79

Pawai budaya merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia. Kegiatan ini …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *