Save the Children telah beroperasi di Indonesia sejak 1976. Save the Children merupakan organisasi nasional yang berfokus melayani kebutuhan dan mengadvokasi hak-hak anak melalui berbagai intervensi dan menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh, belajar, dan bermain.
Save the Children akan melanjutkan program Skills To Succeed yang berfokus pada soft skills lanjutan dengan menggunakan pendekatan Sosial Emotional Learning yang mengintegrasikan muatan-muatan Growth Mindset, Gender Equality, Disability and Social Inclusion (GEDSI), Pendekatan ini merupakan adaptasi baru yang merujuk pada era dunia kerja 2030 atau Future Work dimana anak-anak yang saat ini bersekolah di tingkat Sekolah Menengah Atas akan menjadi pelaku utama di era tersebut, sehingga diperlukan pembekalan mental kesiapan kerja bagi mereka.
SMK Negeri 3 Pacitan berkesempatan mengikuti Training Of Trainner untuk mengintegrasikan GEDSI kepada siswa di sekolah kami. Sasarannya adalah kelas X dan kelas XII. Mengapa GEDSI Penting? Sekarang ini ketimpangan ada di mana-mana, berakar pada hubungan relasi kuasa, di tataran implementasi tidak ada pendekatan “umum” untuk upaya “penyertaan”. Sehingga diperlukan daya ungkit untuk pemerataan program dan relasi kuasa dalam program.
Kegiatan “GEDSI” secara masiv diberikan kepada siswa kelas X dan XII dengan pendamping guru yang telah mengikuti TOT di Surabaya.
Prinsip pendekatan GEDSI yaitu 1) Penyertaan/pelibatan sebagai tujuan utama dari pembangunan. 2) Analisa Relasi Kuasa. 3) Partisipasi yang bermakna dan ada keterwakilan. 4) Memperhatikan berbagai resiko saat pengembangan program termasuk resiko tidak melakukan apa pun. 5) Interseksionalitas. 6) Bagian dari budaya internal organisasi. 7) Aksesibilitas.
Kesetaraan Gender adalah hak mendasar dari semua manusia termasuk anak perempuan dan laki- laki.
Dengan dasar pikir ini, Save the Children yakin bahwa penting untuk menangani langsung diskriminasi gender sekaligus promosi kesetaraan gender untuk memastikan bahwa tidak ada bahaya bagi anak, demi menjalankan visi lembaga agar terciptanya dunia di mana setiap anak mendapat hak yang setara untuk bertahan hidup, dilindungi, berkembang, dan berpartisipasi.
Penyandang Disabilitas
adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Inklusi Disabilitas
Paham hubungan antara fungsi setiap pribadi dan caranya berpartisipasi dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari. Memastikan semua penyandang disabilitas akan bisa nikmati hak mendasar yang dimiliki, menjadi bagian dan berpartisipasi dalam masyarakat serta berpeluang setara dengan sesamanya yang bukan disabilitas.
Inklusi sosial adalah tentang memungkinkan orang dan komunitas untuk berpartisipasi penuh dalam hal sosial, ekonomi, politik dan aspek lainnya dalam masyarakat. Untuk mengatasi Inkluisi social ada pendekatan dua arah : 1) tindakan yang dirancang khusus dalam program untuk mengatasi ketidaksetaraan, mendukung pemberdayaan penyandang disabilitas anak dan dewasa sambil memasukkan gender, disabilitas dan masalah pengucilan sosial lainnya ke dalam semua aspek pekerjaan kita dan 2) Pendekatan khusus ditargetkan dan menawarkan tindakan afirmatif yang bertujuan untuk mengatasi ketidakadilan. 3) Pendekatan Sosio-Ekologi yaitu meningkatkan kesadaran tentang hak anak dan mengupas ide sosial dan budaya serta perilaku terkait disabilitas, sambil menyediakan dukungan khusus untuk mendukung keluarga dari anak dengan disabilitas. 4) Pendekatan Berbasis Hak Asasi Manusia (HAM).
Siswa diminta untuk mengisi survey Baseline dan LSA dari Save The Children. Pada proses pengisian ini ada kendala yang ditemui yaitu sinyal kurang memenuhi sehingga siswa harus dibawa ke ruang meeting untuk dapat mengisi link tersebut. Selain itu siswa juga ada yang belum paham tentang istilah yang disebutkan dalam pernyataan-pernyataan dalam survei tersebut. Menurut pendapat Roif Annaufal X TSM 2 setelah mengisi link survei ini: “menurut saya membantu meningkatkan kemampuan pada diri sendiri, membantu merancang studi, karir di masa mendatang”. Demikianlah kegiatan Save the Children di SMK Negeri 3 Pacitan semoga banyak program-program lagi yang mendukung perencanaan karir dan studi bagi siswa kami.
#Writer_ Dwi Retno Pamungkas