Setelah liburan panjang yang dinantikan, saatnya bagi siswa-siswa untuk kembali memasuki gerbang sekolah mereka. Namun, awal masuk sekolah bukan hanya tentang kembali ke rutinitas belajar. Ini juga tentang memulai kembali interaksi sosial, memperbarui hubungan, dan mempererat ikatan dalam komunitas sekolah. Salah satu tradisi yang sering dilakukan di awal masa sekolah adalah acara halal bihalal, yang disertai dengan sambutan hangat berupa jabat tangan antara siswa dan guru serta sesama siswa.
Halal bihalal adalah salah satu tradisi yang telah mendarah daging dalam budaya Indonesia. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah Hari Raya Idul Fitri, di mana umat Muslim saling memaafkan dan mengunjungi keluarga serta kerabat untuk bertemu, berbagi kebahagiaan, dan mempererat hubungan. Namun, dalam konteks sekolah, halal bihalal diadakan sebagai bagian dari upaya membangun suasana yang harmonis di antara anggota komunitas sekolah.
Dalam sambutannya Bapak Kepala Sekolah, Bp. Aris Sunarno, S.Pd, MM menjelaskan tentang Filosofi Ketupat: Kata “ketupat” dalam bahasa Jawa adalah kependekan dari “Ngaku Lepat” dan “Ngaku Papat”.
Ngaku Lepat: Mengakui kesalahan. Ketupat mengajarkan kita untuk mengakui kesalahan dan memaafkan kesalahan orang lain.
Ngaku Papat: Berarti empat tindakan dalam perayaan Lebaran.
- Berakhirnya Waktu Puasa: Lebaran Ketupat menandai berakhirnya waktu puasa. “Lebar” berarti pintu ampunan terbuka lebar.
- Bersedekah untuk Kaum Kurang Mampu: “Luberan” berarti meluber atau melimpah, sebagai simbol ajaran bersedekah kepada kaum kurang mampu.
- Refleksi Kesalahan Manusia: Ketupat merefleksikan kesalahan-kesalahan manusia, terlihat dari rumitnya membuat bungkusan ketupat.
- Kesucian Hati: Ketupat yang dibuka menggambarkan kebersihan dan kesucian hati setelah meminta ampunan atas kesalahan.
#Writer_ Pak Noe